Basbang Report: BALI, day One

Rama & Shinta @GWK, Bali, 2010

Uhmm…. seperti biasa laporan liburan kali ini pun ikutan tertunda karena masih banyak peer-peer lainnya yang harus dikerjakan dulu, maapin yeeee…… ‘masih aura Lebaran kan’ Ini masih pembayaran cicilan utang setelah postingan yang ini dan yang ini juga ‘umpetin kalender’ ‘bakar kalender’ Buat yang udah keburu males baca juga karena udah kelamaan bisa liat poto-potonya saja di sini ‘haduh baru sadar galeri ini juga udah lama banget ga diapdet’ ‘pentung diri sendiri pake tripod’ (_ _;)

 

 

AfterSemarang, I only have one day to finish all the pending homeworks, packing my thing back into the lugage then leave again to Denpasar, this time sure for fun. The place where I spend most of the time for the last couple of years make a gathering so every once per two years we are going picnic together. This year, there are 200 people, one destination 😀

‘serasa opening pilem-pilem action gituh ya bacanya 😀 ‘

 

 

Pergi travel sendiri dibandingkan dengan pergi bersama-sama dalam kelompok kecil atau pun grup besar, tentu saja masing-masing punya ‘cerita’ tersendiri. Tapi pengalaman ke Bali kemarin dengan menggunakan agen perjalanan terasa lebih mengecewakan dari yang sudah-sudah deh. Mengatur 200 orang memang tidak gampang tapi harusnya mereka bersifat lebih profesional daripada mementingkan keuntungan semata dengan pelayanan yang pas-pasan.

 

 

Hingga sore hari menjelang keberangkatan di pagi hari, jadwal keberangkatan di e-ticket saya masih menunjukkan jadwal 10.40 am. Saya berangkat lebih pagi mengingat hari itu hari kerja dan saya tidak mau mengambil resiko terkena macet di tol Tamini saya berangkat dari kost jam setengah 6 pagi dengan harapan nanti di bandara bisa duduk sambil ngrukupi semug kopi. Jalanan cukup padat dan saya tiba di bandara Soekarno-Hatta jam 08.30, niatnya mau sarapan tapi apa daya, begitu menurunkan kaki sambil menyeret bawaan saya, saya langsung dihadang teman panitia yang sedang panik, rupanya penerbangan saya diganti menjadi 08.40 ASTAGA… saya pun langsung disodori tiket yang sudah dicheck-in kan oleh panitia, berlari-lari menyeret koper ke dalam (iya betul, koper! karena malas mengepak saya dengan semangatnya menjebloskan semua perlengkapan tempur di sana dan meninggalkan si ransel mojok di kamar waktu itu, penyesalan datang terlambat kala saya kerepotan menggeret koper sambil lari-lari menerabas cari jalur tercepat menuju gate keberangkatan).

 

Untung juga ya saya datang lebih awal pagi itu 😀 (dasar orang endonesah, masih saja selalu ada untung –> tandanya orang endonesah itu optimis semua toh! #eaaa #opotohiki

 

Setelah repot mengikatkan pita-pita gonjreng yang sudah diberi kartu nama pemilik pada bagasi masing-masing, ternyata begitu tiba di bandara Ngurah Rai pun hanya bagasi para penggede yang diurus oleh perwakilan si agen travel, sementara sisanya dibiarkan berkerumun menanti bagasi masing-masing, padahal berdasarkan pengalaman pake biro tur sebelumnya semua bagasi yang sudah ditandai biasanya akan langsung diangkut ke bis, karena check in-nya toh akan barengan dan langsung dibagikan kembali pada saat pembagian kamar bahkan koper tiba lebih dulu di dalam kamar daripada si pengguna kamarnya sendiri. Karena semua orang heboh mencari kopernya masing-masing keberangkatan bis di awal agenda pun molor dua jam. Semuanya ada 5 bis, dengan jadwal penerbangan yang berbeda, tetapi semua orang malah tunggu menunggu di bandara padahal seharusnya kami digiring bergantian memasuki rumah makan dikarenakan kapasitasnya yang terbatas, tetapi karena urusan bagasi berpita, beberapa bis tumplek menjadi satu dan akhirnya kami jadi seperti tamu kondangan yang sedang prasmanan. Dan karena lokasinya dekat dengan kios kaos Joger maka rombongan yang tadinya asik prasmanan mulai berpencar dan akhirnya agenda jam 2 menuju Uluwatu pun gagal. Ketika kami berangkat kembali hari sudah menjelang sore, dari agenda mengunjungi pura sampai tujuan melihat sunset pun gagal karena bis kami terkena macet dan langsung mencari jalan berputar menuju GWK. Belakangan kami baru tahu kalau saat itu ada kecelakaan, truk yang bermuatan batu kapur raksasa blong remnya dan menabrak pasar dan ruko, beberapa orang dinyatakan meninggal termasuk sopirnya, awal yang cukup bikin deg-degan ya….

 

GWK parade @GWK, Uluwatu, Bali, 2010

 

Balinesse girl, one of the GWK Performance, Uluwatu, Bali, 2010

Sampai di GWK kami dibebaskan berkeliling sambil menunggu pentas sendratari yang sudah dijadwalkan dan saya cukup tertarik untuk mengikuti rombongan anak gadis dan laki-laki yang memakai kostum, para ibu membawa setumpuk buah di kepalanya, sebagian lagi menggunakan topeng-topeng barong diiringi dengan rombongan pembawa umbul-umbul pula. Sepertinya ini pertunjukkan pendahuluan, perjalanan di mulai dari taman pelataran yang terletak setelah pintu masuk kemudian naik ke tingkat berikutnya melewati tingkat yang ada kolam berteratai naik lagi menuju tingkat dimana bahu dan kepala Wishnu terletak. Di pelataran ini para rombongan pun beristirahat sejenak sambil memberikan kesempatan kepada para pengunjung berfoto ria. Saya harus curi-curi jepretan mengingat begitu banyaknya banci kamera yang bertebaran ;p baru mulai atur target, eh eh… ‘sambil nepok di bahu’ potoin dong…. lalu satu lagi… lagi… dan lagi…. #tepokjidat.

 

Wishnu & the GWK Performers @GWK, Uluwatu, Bali, 2010

 

the head of Garuda @GWK, Uluwatu, Bali, 2010

 

Setelah rehat beberapa waktu, rombongan kembali meneruskan perjalanan, menuruni tangga menuju lokasi kepala si burung garuda yang lebih luas dari area-area lainnya. Dari lokasi Garuda ini, pemandangannya menurut saya paling keren, sejauh mata memandang semuanya batu kapur yang dikotak-kotakan, di pojok depan sana ada patung perdamaian yang kalo dari dekat keliatan keren sekali karena rangkanya berjala-jala gituh. Setelah melewati sunset, kami pun kembali digiring menuju amphiteater karena pertunjukkan akan dimulai. Saya dan beberapa teman yang berharap bisa latihan menjepret pun segera berburu posisi yang ok karena bukan hanya rombongan kami saja yang ada di sana hari itu. Pas lagi keker-keker ternyata saya melihat ada ibu dosen saya di sana yang ternyata sedang mengikuti simposium dan sekalian iseng jalan-jalan 😀 ah dunia terasa sempit sekali kalau sudah begini hehehe….

 

Ramayana dancer @GWK Amphitheatre, Uluwatu, Bali, 2010

 

Aw red monkeys! Ramayana dancer @GWK Amphitheatre, Uluwatu, Bali, 2010

Pertunjukkan Rama dan Shinta pun segera dimulai, jika dibandingkan dengan pertunjukkan Rama dan Shinta yang saya lihat di Prambanan pertunjukkan ini terlihat lebih sederhana dan tentu saja cukup berbeda. Jujur, kalau saya sih masih lebih menyukai yang di Prambanan sana loh. Tapi tentu saja saya tetap menikmati pertunjukkan sambil jeprat jepret kok. Yang lucu pas pemeran Rama muncul, sontak para wanita langsung menjerit waaaaaa…….. secara mukanya mulus bangetttt 😀

 

Peace Memorial @GWK by Nyoman Nuarta, Uluwatu, Bali, 2010

Selesai pertunjukkan di GWK kami langsung digiring kembali menuju Jimbaran untuk makan malam, jaraknya cukup dekat kok. Sampai di sana kami disambut dengan cukup romantis, masuk sambil disisipkan kembang kamboja di telinga menuju meja-meja yang sudah disiapkan di pinggir pantai. Ternyata yang baru siap ya bunga kamboja dan mejanya doang, makanannya belom siap je 😀 orang-orang yang sudah melapar berjalan bolak-balik di sepanjang pantai sambil berharap makanan segera tiba di meja. Setengah jam berlalu para pelayan pun keluar berjalan dengan anggunnya menyelak di antara meja sambil membagikan bakul nasi, kemudian rombongan kedua membawakan sambal, rombongan ketiga membawakan kangkung, kemudian ga ada lagi yang dikeluarkan. Semua nasi sudah diciduk dari bakul dan kami masih menanti menu utama yang tak kunjung tiba. Tunggu menunggu akhirnya dengan lapar hati, semua orang mulai mengunyah kangkung dan sambal mata, di meja saya malah rebutan sambel huahahaha…. terus pas nasi habis lauknya baru datang, satu tampah kecil yang isinya ikan bakar, sate cumi dan udang, dan beberapa kerang bakar. Kami pun melanjutkan makan sambil tertawa. Acara makan yang jauh dari kenyang itu pun diakhiri dengan pembagian kunci kamar, sebelum pembubaran. Orang yang namanya dipanggil harus maju ke depan, mengambil kunci dan langsung menuju bis, serasa acara eliminasi lomba apaaa gituh.

 

Di akhir hari saya pun masih bersyukur bisa diberi kesempatan untuk menikmati perjalanan biarpun jadwalnya acakadut ^^

 

10 thoughts on “Basbang Report: BALI, day One

  1. Hwaaaaaa… GWK! Udah lama banget pengen ke sana lagi… Pasti udah banyak perkembangan yang terjadi di sana sejak pertama dan terakhir kalinya ke sana.

    Di situ ada tulisan amphitheater, buat apaan, kakak?

    • emberrrrrr…… jadwalnya banyak yang berantakan, seakan-akan males banget EO nya nurutin jadwal yang udah dibuat sebelumnya man apake pilih-pilih segala lagi, masalah patung ga lanjut-lanjut jangan tanyakan sama saya dong, tuh tanya sama yang di Bali ‘lirik ke bawah 😉

  2. Pingback: BasBang Report: BALI, day Two « Ansella

Leave a reply to ansella Cancel reply